Wali Kota Bogor, Bima Arya menjadi mentor dalam kegiatan Supermentor-27 di Ballroom XXI Djakarta Theater, Jakarta, Minggu (2/10/2022) malam, yang mengusung tema tentang leadership, reformasi dan pengabdian.
Menjadi pembicara pertama yang naik ke atas panggung, kehadiran Bima Arya disambut meriah dari tepuk tangan para peserta yang hadir.
Bahkan, ada juga warga Bogor yang berasal dari wilayah perbatasan kota di Bogor Selatan dan Bogor Barat hadir untuk menyaksikan kegiatan tersebut.
Di hadapan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang juga hadir sebagai mentor dalam kegiatan Supermentor-27 yang digelar Foreign Policy Community Of Indonesia (PCI) yang juga dihadiri oleh Founder FPCI dan Supermentor, Dino Patti Djalal, Bima Arya menjelaskan tentang ‘Menata Kota Membangun Manusia’.
Pada kesempatan itu, Bima Arya menyampaikan tentang leadership, reformasi dan pengabdian dalam ‘Menata Kota Membangun Manusia’ dihadapan peserta Supermentor-27 yang dihadiri oleh kaum milenial dan berbagai elemen masyarakat.
Mengenai leadership, Bima Arya menjelaskan tentang seorang pemimpin yang harus menjadi leader dan contoh.
“Perubahan itu bukan hal yang mudah. Saya akan cerita apa saja tantangan yang ada di kota di Indonesia dengan contoh Kota Bogor. Apa yang bisa kita lakukan untuk itu,” ujar Bima Arya.
Bima Arya menjelaskan beberapa materi yang disampaikan terkait identitas suatu kota yang perlu dibangun, tentang pembangunan karakter, tentang toleransi kebersamaan dalam keberagaman, menjadi pelayan masyarakat hingga menciptakan pondasi pembangunan untuk kemajuan kota dan meningkatkan sumber daya manusia.
Bima Arya bercerita sembilan tahun lalu dirinya disumpah sebagai Wali Kota Bogor untuk bisa menjalankan tugasnya.
Dari sana kemudian ia mulai melakukan berbagai pembenahan yang bisa dilakukan dalam jangka pendek dengan menjadi top leader.
Setelah itu kemudian masuk kepada sistem birokrasi yang mudah dan cepat untuk melayani warga dengan melakukan reformasi birokrasi.
Bima Arya menyadari bahwa menjadi seorang pemimpin selain melakukan perubahan pada jangka pendek dan menengah juga harus menyiapkan pondasi jangka panjang. Untuk itu berbagai program inovasi dan penataan kota di Kota Bogor juga beriorientasi pada masa depan.
“Kita pastikan ikhtiar-ikhtiar apa saja yang kita lakukan untuk memastikan pemerintahan itu untuk semua. memastikan bahwa semua gagasan didengar. Memastikan semua orang bisa menyampaikan pendapatnya. Untuk itu rencana pembangunan jangka panjang di Kota Bogor di tahun 2014 digodok dengan teman-teman kampus dan elemen masyarakat,” katanya.
Tagline Bogor Berlari yang diambil di masa periode kepemimpinan yang kedua ini bukan tanpa tujuan. Karena kata dia, semua pelayan masyarakat harus ikut berlari untuk mengejar dan melayani warga.
“Briefing staf dilakukan di tempat-tempat yang tidak biasa untuk menyampaikan pesan yang kuat, saya tidak mau cara yang biasa. Saya tidak mau hasil yang biasa dan semua harus turun ke bawah agar hasilnya semua luar biasa,” tegasnya.
Saat ini pembangunan jangka pendek menengah dan pondasi pembangunan jangka panjang di Kota Bogor pun sudah bisa dilihat. Inovasi pelayanan publik, reformasi birokrasi dengan mal pelayanan publik, penataan PKL dengan relokasi, pembangunan ruang terbuka publik, penataan sistem transportasi yang terintegrasi dan berbagai program kebijakan lainya baik yang sudah selesai dikerjakan maupun sedang dalam tahap proses pengerjaan.
“Ini adalah ikhtiar, nilai yang ditanamkan. Untuk menjelaskan spirit kota itu seperti apa. Pemimpin tidak boleh terjebak pada masa hari ini, tapi kita juga harus berorientasi pada masa depan. Seringkali pemimpin terjebak pada hasil yang cepat. padahal kita juga harus menyiapkan masa depan menjemput masa depan. Untuk itu butuh keberanian, butuh komitmen untuk menjemput masa depan,” katanya.