Barayanews.co.id – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor menggelar Sosialisasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environment) / (Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan) untuk sektor hotel dan restoran.
Kegiatan yang digelar di Hotel Salak Padjadjaran, Jalan Raya Pajajaran, Bogor Utara, Jumat (13/11/2020) ini dibuka oleh Walikota Bogor Bima Arya dan dihadiri oleh Kepala Disparbud Kota Bogor Atep Budiman serta Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor Yuno Abeta Lahay.
Program Sertifikasi CHSE ini adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha pariwisata, usaha/fasilitas lain terkait, lingkungan masyarakat, dan destinasi pariwisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Sertifikasi CHSE berfungsi sebagai jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.
“Kita ini perang. Mau menang perang itu kata kuncinya adalah kolaborasi dan adaptasi. Tidak ada yang bisa sendiri, harus bersama-sama dan beradaptasi. Kalau belajar dari sejarah, yang tidak bisa beradaptasi atau yang ingin menang sendiri, pasti punah,” ungkap Bima Arya.
“Hari ini pemerintah juga betul-betul tidak bisa sendiri, harus berkolaborasi. Kami tidak bisa mendesain program untuk warga. Karena (pemasukan) pajaknya tidak ada. Pelaku usaha juga tidak bisa survive sendiri kalau tidak berkolaborasi dengan pemerintah. Karena itu kata kuncinya kolaborasi dan adaptasi,” tambahnya.
Menurut Bima, di situasi pandemi seperti saat ini tidak mudah untuk melakukan kolaborasi dan adaptasi karena masih ada orang yang tidak percaya adanya Covid-19. “Masih punya pikiran yang lain. Ngapain investasi alat-alat protokol kesehatan, ribet, siapin ini, siapin itu. Ada yang begitu. Ada juga yang percaya teori konspirasi. Saya yakin ketika bapak dan ibu pelaku hotel dan restoran mau datang ke sini, pasti sudah siap berkolaborasi dan siap beradaptasi,” ujarnya.
Sertifikasi CHSE, kata Bima, penting. Tapi tujuan utamanya tidak sekedar itu saja. “Melainkan ikhtiar kita untuk membangun sistem untuk beradaptasi tadi. Karena hari ini satu kata yang menjadi kunci adalah trust. Orang datang ke Bogor trust atau tidak. Jadi, kalau orang melihat sistemnya oke, pasti tamu banyak yang datang. Percaya bahwa ada layanan yang baik, aman. Program ini untuk membangun trust,” kata Bima.
Strategi lain, lanjut Bima, bahwa Pemkot Bogor akan menggenjot bagaimana perputaran uang terus mengalir. “Middle up saat ini spending saja, selama uang masih ada ya spending. Spendingnya ya ke UMKM dan lain-lain. Saya berusaha setiap akhir pekan itu menginap di hotel. Sekarang semua program pemerintah pun tujuannya itu, spending. Kementerian Pariwisata saja menggelontorkan uang Rp 73 miliar (untuk Kota Bogor). Bukan untuk dihambur-hamburkan tidak jelas, tapi semua ini harus diputar semua,” jelasnya.
“So far, kondisi ekonomi berbeda dengan (tahun) 98. 98 makronya jelek, kemudian tidak punya cadangan devisa untuk hibah bansos. Sekarang, kondisi makro kita baik, dan kita punya cukup banyak cadangan untuk program-program seperti ini. Jadi, mengalir begitu,” tambah dia.
Selain itu, Bima Arya juga menyatakan bahwa Kota Bogor juga punya program-program untuk menciptakan tempat wisata alam baru. “Misalnya di Mulyaharja, Bogor Selatan akan jadi primadona. Rp 2,8 miliar kita alokasikan dan akan dikebut untuk selesai Desember. Dikemas dalam Mulyaharja Festival. Kita berharap nginepnya di hotel-hotel sekitar. Targetnya orang menginap dan spending. Nanti di titik-titik lain kita buka juga. Event-event kita dorong juga dengan protokol kesehatan. Kita ingin agar kita semua bisa beradaptasi,” tandas Bima.
Sementara itu, Kepala Disparbud Kota Bogor Atep Budiman mengatakan, sosialisasi CHSE ini merupakan bagian dari hibah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. “Banyak catatan penting yang kami catat dalam proses diskusi yang kemudian menjadi bahan kami ke depan. Keberadaan Dinas Pariwisata bersama-sama dengan pelaku usaha di sektor ini untuk meningkatkan kembali kualitas sinergi kita, baik dalam konteks perizinan, bersama-sama membawa pariwisata di Kota Bogor ini menjadi lebih baik lagi,” kat Atep.
Pandemi covid-19, lanjut Atep, membuat sektor hotel dan pariwisata merasakan dampaknya. “Alhamdulillah perhatian pemerintah pusat maupun kota sangat besar. Mudah-mudahan ke depan perhatian seperti ini tidak hanya saat pandemi saja. Sertifikasi nantinya untuk menegaskan bahwa Kota Bogor siap siap menerima kunjungan para tamu wisatawan, untuk kegiatan wisata, MICE dan lain sebagainya dengan aspek memperhatikan aspek kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan,” pungkasnya. (prokompim)