Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) melakukan penandatanganan Memorandum Of Understanding (MoU) dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dalam mengelola pendokumentasian dan kearsipan yang digelar di Gedung Perpusnas, Jakarta, Jumat (4/3/2022).
Penandatangan tersebut dilakukan antara Ketua Presidium JKPI, Bima Arya, Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando dan Kepala ANRI, Imam Gunarto. Turut hadir Direktur Eksekutif JKPI, Nanang Asfarinal.
Ketua Presidium JKPI, Bima Arya menuturkan, salah satu persoalan besar bangsa adalah menghargai masa lalu. Banyak yang menafsirkan masa lalu hanya romantisme. Padahal masa lalu modal menatap masa depan.
“Jas Merah (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah). Ketika kita gagal merancang masa depan, karena keterbatasan kita memiliki data-data masa lalu. Dari soal hal yang remeh temeh hingga soal berbangsa dan bernegara,” jelasnya.
“Tugas utama kita awareness (menyadari) ini, bukan hanya administrasi tetapi banyak nilai yang harus dijaga. Jadi saya rasa harus ada yang fokus dan konkret,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu ia mengusulkan beberapa program ke depan, yakni kampanye besar pentingnya pengarsipan dan pendokumentasian hari ini dan membuka kembali arsip yang ada.
Kemudian, Capacity Building atau peningkatan kapasitas SDM bagi dinas, bagaimana melakukan pendokumentasian dan pengarsipan.
Selain itu, masing-masing kepala daerah di JKPI khususnya membangun City Gallery atau apapun namanya untuk mewariskan apa yang sudah dicapai saat menjabat.
“Di Bogor ada beberapa opsi. Opsi pertama ada gedung Blenong yang akan diserahkan pak Menteri Sofyan Djalil. Opsi kedua perpustakaan di Balai Kota. Legacy dalam bentuk museum atau perpustakaan,” katanya.
Di perpustakaan yang ditargetkan rampung 2024 nanti kata Wali Kota Bogor, akan menampilkan cerita, suka duka hingga sepak terjang wali kota dari masa ke masa yang juga bisa menjadi salah satu obyek wisata.
“Selain itu program yang masuk ke segmentasi generasi muda agar aware (menyadari) terhadap warisan masa lalu tidak hanya fisik, tapi dalam bentuk nilai dan makna,” katanya.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando berharap usulan program ini bisa menjangkau kota/kabupaten di JKPI. Terutama dalam menggali potensi yang dimiliki masing-masing daerah.
Dia juga mengusulkan agar ke depan di setiap daerah membuat buku yang memuat kejayaan masa lalu dari setiap kabupaten/kota, termasuk artefaknya.
“Ini saya kira luar biasa,” katanya.
Untuk membahas lebih lanjut, pihaknya akan melakukan rapat bersama antara Bupati/Wali Kota anggota JKPI dengan Perpusnas dan ANRI di Yogyakarta akhir Maret nanti.
“Nanti Pak Sultan (Gubernur DIY) akan memberi arahan,” ujarnya.
Menurutnya, nanti apa yang dihasilkan di Yogyakarta akan menghimpun kurang lebih 250 budayawan dan pakar.
Kepala ANRI, Imam Gunarto menilai program ini adalah tantangan dari Ketua JKPI mengenai kampanye besar tentang Arsip dan perpustakaan untuk mengelaborasi ‘Jas Merah’.
“Kami akan rumuskan konkretnya seperti apa, kita akan kerja sama,” jelasnya.