BOGOR – Dalam upaya mengurangi dan mengelola sampah plastik, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor secara resmi melaksanakan penandatanganan perjanjian kerja sama deklarasi Plastic Smart Cities dengan Yayasan World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia.
Program ini merupakan inisiasi WWF bekerjasama dengan kota-kota di seluruh dunia untuk menjauhkan plastik dari alam.
Dengan penandatangan ini, Kota Bogor menjadi kota pertama di Indonesia yang mendeklarasikan menerapkan Plastic Smart Cities.
Penandatangan secara langsung dilakukan Wali Kota Bogor, Bima Arya dan Ketua Badan Pengurus Yayasan WWF Indonesia, Alexander Rusli di teras Balai Kota Bogor, Jalan Ir. H. Juanda, Kota Bogor, Kamis (26/8/2021).
Sebelum penandatangan, Bima Arya menegaskan, Kota Bogor siap menjadi pilot project, mulai dari lokasi hingga resources (sumber daya). Bahkan jika diperlukan akan dialokasikan dalam APBD untuk mendukung modal lain yang sudah dimiliki Kota Bogor.
“Hari ini kita harus melangkah jauh, bukan hanya awareness (kepedulian) tetapi juga action (aksi) untuk memastikan rantai pengelolaan sampah rapi dan semakin kuat dari hulu ke hilir. Ini adalah langkah maju untuk menguatkan rantai pengelolaan sampah dari hulu ke hilir dan momentum yang ada sangat tepat, ketika di masa pandemi kita menjadi concern dengan public health dan kebersihan lingkungan,” kata Bima Arya didampingi Sekda, Syarifah Sofiah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Denny Wismanto, Kepala Bagian Tata Pemerintahan, Adi Novan dan Ketua Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) yang juga Sekretaris Satgas Ciliwung, Een Irawan Putra.
Bima Arya menyampaikan, salah satu persoalan yang paling besar adalah kecenderungan setiap pihak dalam mendefinisikan kedaruratan secara berbeda. Hal yang dipandang darurat oleh komunitas belum tentu dipandang darurat oleh pemerintah. Bagi Pemkot Bogor, melihat ada hal-hal yang tidak dilakukan saat ini dan memiliki dampak yang dahsyat di masa depan, itu termasuk darurat.
“Dan hari ini kita melihat hal yang sangat darurat adalah saat kita tidak melakukan apapun terhadap hal yang berkaitan dengan Green City, perubahan cuaca dan yang lainnya. Bagaimana kita bisa menyimpulkan hal tersebut darurat, yaitu dengan dan melalui data dan kolaborasi. Data dikumpulkan dan diambil kemudian kolaborasi dibangun, dari situlah kita melihat bahaya jika kita tidak melakukan apapun terkait dengan plastic reduction, pengelolaan sampah dari hulu ke hilir, maka kita akan melihat bencana itu datang dengan semakin cepat. itu darurat. Sehingga tidak ada gunanya hal-hal yang banyak kita lakukan hari ini ketika yang tadi saya sebutkan tidak dilakukan,” paparnya.
Kota Bogor kata dia, patut bersyukur karena memiliki dukungan yang kuat dari civil society, komunitas dan berbagai pihak yang sangat peduli terhadap lingkungan. Mulai dari data, resources (sumberdaya), advice (saran) konsep, dibangun jaringan tidak hanya nasional tetapi juga internasional.
“Itu modal yang luar biasa. Awareness is one thing but action another thing (kesadaran adalah satu hal tetapi tindakan adalah hal lain), awareness tidak pernah putus. Namun hari ini kita tidak cukup hanya membangunkan awareness tanpa dibarengi dengan action. Dan hari ini kita melihat entry point untuk terus action dan ke depan. Kolaborasi adalah modal, tapi tidak akan cukup jika tidak ada action,” jelas Bima Arya.
Badan Pengurus Yayasan WWF Indonesia, Prof. Ani Mardiastuti menyatakan, perjanjian kerja sama deklarasi Plastic Smart Cities antara Pemkot Bogor dengan Yayasan WWF Indonesia merupakan langkah yang lebih dalam usaha mengurangi dan mengelola sampah plastik, selain itu juga menjadi inisiatif yang sangat baik.
“Sebagaimana yang disampaikan perwakilan WWF Internasional, John Duncan, ini merupakan inisiatif tingkat regional yang ada di 19 kota dan 5 negara. Sebagai warga Bogor tentunya saya merasa bangga karena Kota Bogor menjadi kota pertama di Indonesia yang menerapkan Plastic Smart Cities,” kata Ani yang juga dosen di Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University.