Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah membuka kegiatan Pembentukan Kelurahan Tangguh Bencana (Keltana) di Villa Arum, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Selasa (4/10/2022).
Kelurahan Curug menjadi kelurahan tangguh bencana ke-18 di Kota Bogor yang diresmikan dalam acara pembentukan yang disinergikan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara BPBD Kota Bogor dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka (Uhamka).
Dalam sambutannya, Sekda menyampaikan data kebencanaan di Kota Bogor selama tahun 2021. Ada 701 kejadian dengan rincian 269 longsor atau amblas, 24 banjir lintasan, 194 bangunan ambruk, 106 pohon tumbang, 16 angin kencang dan 1.051 rumah yang terdampak. Korban ada 20 orang mengalami luka ringan, 2 luka berat dan 4 korban jiwa.
“Dari 701 kejadian jika di rata-rata dalam satu hari ada 2 kejadian. Walaupun pada kenyataan bisa 30 titik dalam satu hari dengan jumlah personel, sarana dan fasilitas yang terbatas. Jadi langkah yang bisa diambil adalah tidak hanya aparatur yang menolong masyarakat, tetapi masyarakatnya harus masyarakat juga dengan menularkan kemandirian kepada masyarakat agar memiliki keahlian, kemampuan, rasa komitmen yang tinggi untuk bersama-sama pemerintah merespon dan menangani kejadian bencana di masyarakat,” kata Syarifah.
Syarifah mengajak peserta maupun masyarakat secara umum untuk bersama-sama pemerintah mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana. Hal inilah yang melatarbelakangi dibentuknya kelurahan tangguh bencana di Kota Bogor dengan memperhatikan tingginya angka kejadian dibanding yang lain dan masyarakatnya lebih siap.
Dalam pembentukan tersebut diberikan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Kehadiran UHAMKA untuk memberikan edukasi dan mitigasi kebencanaan kepada masyarakat mendapat apresiasi dari Sekda.
Ia berharap melalui pembentukan Keltana dan mitigasi mampu meminimalisir jumlah korban dan dampak kejadian. Pemetaan daerah rawan bencana kelurahan dan pemetaan masyarakat menjadi salah satu langkah bisa diterapkan hingga skenario penanganan bencana ketika terjadi bisa dilaksanakan dengan baik.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Teofilo Patrocinio Freitas menjelaskan, melalui kegiatan ini bertujuan untuk merubah stigma agar masyarakat menjadi penolong dan penyelamat sebagai respon dari potensi maupun bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari akan diberikan pembekalan secara teori dan penggunaan alat kepada para peserta yang didominasi para ibu sebagai respon sehingga korban atau kerugian bisa diminimalisir dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan fasilitas maupun sarana yang ada.
“Keterlibatan para ibu sebagai peserta tidak terlepas dari kejadian kebakaran akibat kelalaian ketika memasak, sehingga dengan peran ibu diharapkan bisa membantu pencegahan dan menghadapi kejadian tidak panik. Mungkin terkesan sederhana, tapi jika lalai bisa memberikan kerugian yang cukup besar,” katanya.
Selain itu kata Teo, melalui kegiatan tersebut menjadi salah satu media sosialisasi bagi BPBD kepada masyarakat, selain media sosial yang sudah dimiliki BPBD Kota Bogor. Sekretaris Kecamatan Bogor Barat, Lurah Curug dan unsur Muspika Bogor Barat serta dekan dari Uhamka hadir menyaksikan kegiatan.