BOGOR – Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Kota Bogor menggelar Kopdar Admin Medsos (media sosial) dalam Pertemuan Bakohumas tingkat Kota Bogor di Paseban Sri Baduga, Balai Kota Bogor, Senin (29/11/2021).
Kopdar yang dihadiri puluhan admin medsos kelurahan dan kecamatan se-Kota Bogor ini sebagai upaya meningkatkan kualitas konten media sosial kelurahan dan kecamatan.
Wali Kota Bogor, Bima Arya menegaskan, hal yang salah jika menganggap medsos sebagai pencitraan. Namun medsos bisa mendekatkan warga kepada birokrasi agar bisa bekerja lebih cepat.
“Kita hidup di era sistem membangun perilaku. Dengan sistem medsos yang kita bangun, kita mendekatkan warga kepada birokrasi dan agar birokrasi bisa lebih cepat lagi. Kota-kota maju di Indonesia dan di dunia kulturnya terbangun karena sistem. Tujuh tahun saya fight membangun sistem. Ini perjuangan kita membangun kultur,” tegasnya.
Ia menekankan, pertama tugas admin ini yakni menyampaikan program prioritas Kota Bogor secara detail dan menarik kepada warga, termasuk yang sudah dilakukan Pemkot Bogor.
Kedua, merupakan pasukan terdepan untuk mendeteksi keluhan warga. Mulai dari mendeteksi, mengkoneksikan ke dinas terkait dan memberikan respon.
“Ketiga, di setiap wilayah selalu ada hal menarik, dari nama wilayah juga menarik ada cerita apa, arti nama wilayah, di ekspose apalagi hal-hal yang inspiratif. Karena Bogor juga bukan tentang istana, kebun raya dan bukan tentang Bima Arya, tapi tentang 68 kelurahan yang penuh dinamika dan keindahan, yang indah bisa diketahui, yang menyedihkan bisa diatasi,” katanya.
Menurutnya, ada stereotip tentang birokrasi, stereotip ini image atau citra dimana bisa iya bisa tidak, bisa benar bisa bohong, bisa fakta bisa keliru.
Dia mengatakan, stereotip birokrat itu malas dan cuek, males karena dianggap pekerjaannya tidak jelas atau kalaupun ada pekerjaan, kerjanya lambat dan cuek karena warga maunya apa, dikerjainnya apa.
“Tujuh tahun jadi wali kota saya dapat gambaran yang lebih utuh, di wilayah, di dinas ada yang males ya males aja, cuek mau warga komplain sekalipun, karena berpikirnya kalau rajin juga gaji segitu dan jabatan susah naik,” ujarnya.
Namun, diakuinya tidak sedikit juga ia bertemu dengan birokrat yang wataknya rajin, inovatif, kerjanya sampai malam, warga lapor langsung gesit, warga tidak lapor pun tetap turun ke lapangan. Ia pun sangat menyukai birokrat yang seperti ini.
“Jadi ukurannya simple, ketika ia turun ke lapangan, kalau lurah dan camat banyak disapa atau ditegur warga membuktikan camat dan lurah rajin turun, dan sebaliknya,” katanya.
“Tugas saya sebagai atasan bagaimana yang rajin dan responsif ini menjadi mainstream, warga tahu itu, jadi diangkat sosok-sosok ideal tadi, dan yang belum baik terus didorong,” jelasnya.
Tak ayal, menurutnya, membangun sistem sama dengan membangun perilaku. Banyak yang menjadi rajin karena absen digital, banyak yang tidak berani korupsi karena sistem non tunai. Ia pun mengaku termasuk aliran yang percaya sistem yang dibangun membentuk perilaku orang.
Di tempat yang sama, Kepala Diskominfo Kota Bogor, Rahmat Hidayat mengatakan, Kopdar ini merupakan pertemuan pertama sejak Pandemi Covid-19. Sebelumnya para jubir digital ini sudah pernah mendapatkan pelatihan.
Pihaknya pun sudah melakukan pelatihan keliling sejak September agar ada peningkatan di akun media sosial kelurahan dan kecamatan menjadi semakin aktif.
“Jadi ini dalam rangka meningkatkan kualitas konten dan follower dari akun medsos pemerintahan. Ke depan semoga bisa lebih rutin lagi meningkatkan sosialisasi dan pencapaian pemerintah,” katanya.