BOGOR – Politisi PDI Perjuangan Kota Bogor, Atty Somaddikarya merasa miris dan prihatin dengan pencopotan baliho, bendera PDI Perjuangan dan baliho capres – cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud MD di Kabupaten Gianyar, Bali.
Pencopotan baliho tersebut dilakukan di sepanjang jalan menuju tiga lokasi kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) yakni Batu Bulan, Kabupaten Gianyar serta di daerah Kota Denpasar, Bali.
Sekretaris PDI Perjuangan Kota Bogor itu menyebut penurunan alat peraga kampanye (apk) di Bali sebagai basis banteng dan pernyataan Pj Gubernur Bali yang berdalih hanya menggeser. Ia berasumsi apa bedanya menggeser dan mencopot sementara baliho yang lain tetap berdiri.
“Jangan bermain kata-kata karena panik, di bawah langit dan di bawah kibaran bendera merah putih kebebasan atas nama demokrasi dirampas dengan tangan kekuasaan,” kata Atty.
Atty berharap, agar penguasa menunjukan netralitas untuk menjaga kondusifitas di tahun politik menuju pilpres 2024. “Jika ini dilakukan akan membuat salah persepsi dimana penguasa akan mendapat stempel menggunakan cara-cara kotor dan kasar. Jangan membuat aksi yang menimbulkan reaksi yang dapat membangunkan banteng keluar kandang,” imbuh Atty.
Politisi yang akrab disapa Ceu Atty ini juga mengingkatkan PDI Perjuangan selama ini diam bukan karena takut, PDI Perjuangan tidak pernah gentar. “Harus diingat, PDI Perjuangan selalu bersama rakyat, kekuatan kami melawan orde baru tercatat dalam sejarah. Jika hari ini harus berhadapan dengan kekuasaan tidak ada kata mundur bagi kami,” tegasnya.
Sebagai kader, dia mengaku sangat terluka dan sama seperti hati dan perasaan seluruh kader lainnya “Sekali lagi jangan memulai melakukan aksi untuk memancing reaksi, negara ini bukan milik segelintir orang tapi pemilik mutlak NKRI adalah rakyat,” pungkasnya.