Peringatan World Walking Day (WWD) atau Hari berjalan Kaki Sedunia pertama di Indonesia sukses digelar di Kota Bogor, Minggu (2/10/2022).
Event Nasional yang diikuti ribuan peserta dari semua elemen masyarakat ini tidak hanya sekedar berjalan kaki dari GOR Pajajaran ke Lapangan Sempur. Lebih dari itu, ribuan peserta WWD dari berbagai komunitas juga turut merayakan Hari Batik Nasional dengan memakai kain batik dan aksesoris batik.
“Kami ibu-ibu dari Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Cabang Bogor sangat senang bisa bergabung di acara ini. Hari ini kami memakai kebaya dan karena bertepatan dengan Hari Batik kami memakai kain batik,” ujar Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Cabang Bogor, Sitawati Ken Utami.
Sita akrab disapa mengatakan, 50 anggota PBI yang ikut berpartisipasi di WWD memakai kain batik yang nyaman untuk kondisi di lapangan dan sepatu olahraga. Pihaknya memang sudah terbiasa berkegiatan dan berpartisipasi di berbagai kegiatan dengan memakai kebaya dan kain batik.
“Di acara ini kami sekaligus mengajak masyarakat dan anak muda bisa lebih sering memakai kebaya, karena berjalan kaki dengan kebaya masih tetap nyaman,” tuturnya.
PBI kata Sita, baru saja mengadakan acara Kebaya Goes to Campus di Fisip UI dan berencana akan membuat acara serupa di Bogor.
Tak hanya itu, di momentum hari batik Nasional ini pihaknya semakin gencar untuk membawa kebaya ke UNESCO untuk ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi seperti halnya UNESCO menetapkan Batik sebagai warisan budaya Indonesia pada 2009 silam.
“Berbagai kegiatan sudah kami laksanakan mulai dari event, kajian dan meminta dukungan kebijakan pemerintah. Saat ini sudah tahap pembahasan di Kemendikbud Ristek. Jadi semakin banyak warga yang pakai kebaya akan jadi penilaian juga dari UNESCO,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Ketua Koalisi Pejalan Kaki Bogor (KPKB) Irma Kusumawati mengatakan, pihaknya sangat antusias sekaligus bangga dengan kegiatan WWD. Selain karena kegiatan seperti ini sudah cukup lama tidak ada, juga karena bisa berjalan kaki jarak terpendek bersama-sama dengan memakai aksesoris batik di hari Batik Nasional.
“Rutenya kan tidak terlalu jauh, banyak warga yang antusias ikut, ini jadi permulaan dan momentum yang baik, karena kami di WWD tidak hanya berjalan kaki saja tapi juga melakukan sosialisasi dan edukasi ke warga,” jelasnya.
Ia menuturkan, sejauh ini berdasarkan pengamatannya, warga Bogor semangat berjalan kakinya baru terbatas di Sabtu dan Minggu saja. Sementara untuk berjalan kaki dari rumah ke kantor atau di hari kerja belum banyak yang melakukan karena berbagai hal.
“Jadi kondisi jalan di Kota Bogor ini serba nanggung, kalau jalan kaki lumayan jauh tapi kalau naik angkot terlalu dekat ditambah Bogor kota hujan, jadi kalau jalan kaki saat hujan susah cari tempat teduhnya,” katanya.
Meski begitu, ia mengakui infrastruktur pedestrian yang ada di Kota Bogor sudah jauh lebih baik dan lebih nyaman. Ia pun berharap sebagai warga Bogor siapapun nanti pemimpinnya tetap melanjutkan pembangunan pedestrian dan warga bisa memelihara pedestrian.
“Harus bisa memelihara infrastrukturnya, yang tidak berhak di trotoar jangan malah menempati trotoar, sementara kenyamanan pejalan kaki jadi diabaikan,” katanya.