BOGOR – Kurniawan Dwi Yulianto dalam waktu dekat akan menorehkan catatan baru dalam karier sepakbolanya. Sebab, dia akan terbang ke Italia untuk menjadi pelatih klub Serie B yakni Como.
Bagi pria kelahiran 13 Juli 1976 ini, berkiprah di Eropa, khususnya di Negeri Pizza merupakan kesempatan kedua dalam perjalanan panjang kariernya di sepak bola.
Menurut Kurniawan, ia sudah dihubungi pihak Como sejak masih menjadi pelatih tim Liga Malaysia, Sabah FA.
“Enggak kebayang, enggak punya mimpi juga. Tahun lalu saat mereka promosi ke Serie B, saya dihubungi Pak Mirwan dari Mola yang minta saya gabung karena mau pelatih dari Indonesia untuk jadi asisten,” ungkap Kurniawan
“Jujur, saya mau belajar banyak. Bagi saya pengalaman adalah nilai plus dalam sepak bola,” kata Kurniawan Dwi Yulianto kepada Akurasi TV.
Rekam Jejak Kurniawan di Eropa
Layaknya pesepak bola lainnya, perjalanan karier Kurniawan Dwi Yulianto juga mengalami pasang surut.
Saat berguru di Italia bersama PSSI Primavera pada 1993, Kurniawan digadang-gadang jadi simbol kebangkitan sepak bola Indonesia. Penampilannya di kompetisi Primavera yang dijadikan tolak ukur pemain muda Italia terbilang lumayan.
Pada musim pertamanya, ia masuk dalam daftar top skorer kompetisi. Hasil yang membuatnya masuk dalam radar tim pelatih Sampdoria, klub elite di Italia ketika itu.
Pada 1995, berdasarkan rekomendasi Sampdoria, Kuniawan bergabung FC Luzern, klub yang berlaga di kompetisi kasta tertinggi Swiss. Ia dinilai butuh jam terbang untuk mematangkan kemampuannya.
Apalagi lini depan sudah dihuni Roberto Mancini, Enrico Chiesa dan Filippo Maniero. Kprah Kurniawan dalam semusim bersama FC Luzern terbilang lumayan untuk usianya yang belum genap 19 tahun saat itu.
Ia tercatat tampil delapan kali di level senior. Ia pun kerap jadi pemain utama pada kompetisi U-19 Swiss. Pria yang biasa dipanggil Si Kurus ini disebut pernah tampil bersama FC Luzern di Piala Intertoto, ajang yang merupakan kualifikasi Piala UEFA.
Sayangnya di pengujung kompetisi, penampilan Kurniawan menurun karena akumulasi masalah yang menderanya, di antaranya cedera dan pergaulan yang salah.
Selepas dari FC Luzern, Kurniawan sempat mengikuti latihan pramusim Sampdoria pada 1996. Tapi, ia tiba-tiba memutuskan pulang ke Indonesia.