BOGOR – Ketua DPRD Kota Bogor, Atang Trisnanto mendapatkan gelar Doktor setelah dinyatakan lulus dalam sidang terbuka promosi Doktor dari IPB University, Rabu (15/3). Pada sidang promosi terbuka tersebut, Atang berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Desain Kebijakan Pemanfaatan Pekarangan sebagai Kawasan Agrowisata” dengan 4 novelty (kebaruan) di hadapan 7 orang penguji dari IPB dan luar IPB.
“Pekarangan yang dimiliki oleh setiap rumah tangga, sekecil apapun luasannya, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pelestarian lingkungan, budaya, dan sekaligus nilai tambah ekonomi keluarga. Saya menemukan novelty bahwa salah satu konsep yang bisa meningkatkan nilai tambah pekarangan adalah pembentukan kawasan agrowisata pekarangan”, jelas Atang.
Melalui disertasinya tersebut, Atang yang menempuh pendidikan di program studi S3 Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB ini dijuluki sebagai Doktor ilmu lingkungan, khususnya bidang pekarangan.
“Hal yang kecil dan terkadang luput dari pantauan (pekarangan, red). Namun, melalui ilmu dan pendekatan yang tepat, pekarangan bisa kita jadikan sarana pengungkit ekonomi keluarga, sekaligus pencapaian lingkungan yang nyaman melalui pelestarian lingkungan, sosial, budaya, dan kearifan lokal”, ungkapnya.
Lebih lanjut, Atang tidak memungkiri bahwa pekarangan yang dimiliki warga perkotaan jauh lebih sempit dibanding warga pedesaan. Namun, sekecil apapun luasannya, jika digarap serius sesuai kearifan lokal akan menghasilkan kawasan yang menarik dan produktif.
“Pekarangan perkotaan rata-rata tidak besar. Bahkan, di berbagai tempat hanya menyisakan space yang sangat sempit. Namun melalui urban farming, kita bisa maksimalkan fungsi pekarangan untuk kegiatan agro”, imbuhnya.
Rintisan pengelolaan pekarangan sudah nampak dari program Bogorku Bersih yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bogor sejak tahun 2016. Beberapa kategori penilaian seperti perumahan teratur, perumahan swadaya, dan perumahan tepi sungai telah menghasilkan juara tiap tahunnya.
“Kategorisasi perumahan dalam program Bogorku Bersih bisa menjadi embrio pembentukan kawasan pekarangan. Budayanya berbeda, pola dan struktur pekarangannya berbeda, dan kelembagaannya juga berbeda. Ini bisa dikembangkan secara lebih sistematis”, jelas Atang.
Jika melihat isi disertasinya, Atang telah menemukan rumus indeks agrowisata pekarangan dan menyebut setidaknya ada 4 prasyarat untuk pembentukan kawasan agrowisata pekarangan. Yaitu skala luasan kawasan terintegrasi, adanya komoditas unggulan, konektivitas dengan destinasi wisata, dan kearifan lokal yang dimiliki. Untuk itu, Atang menyebut setidaknya ada 6 langkah terukur yang bisa dilaksanakan untuk mengimplementasikan hasil penelitiannya di Kota Bogor agar pekarangan warga menjadi produktif.
“Pertama, kita harus petakan kawasan yang potensial sesuai jalur lintasan destinasi wisata yang ada. Kedua, pengukuran potensi melalui rumus indeks agrowisata pekarangan yang saya temukan. Ketiga, penguatan konsep kawasan. Keempat, penyediaan sarana dan amenitas. Kelima, penguatan kelembagaan. Terakhir dan yang terpenting adalah dukungan Pemerintah melalui regulasi dan kebijakan. Disinilah peran DPRD dan Pemkot diharapkan melalui pembentukan Perda ataupun Perkada”, ungkapnya.
Raih Doktor, Ini Peran Istri dan Keluarga
Keberhasilan Ketua DPRD Kota Bogor ditengah kesibukannya yang sangat padat namun akhirnya berhasil menuntaskan pendidikan Doktoral di kampus pertanian IPB ini tidak lepas dari peran istri dan keluarga. Hal ini menguatkan pepatah yang mengatakan “dibalik kesuksesan seorang pria, ada wanita hebat dibelakangnya”.
Kehadiran dan dukungan penuh Primanita Sukma bersama keempat anaknya, menjadi pondasi yang menguatkan Atang untuk bisa menyelesaikan pendidikan S3. Motivasi ingin menghadirkan amal jariyah yang mengalir untuk almarhum Ibunda juga turut menguatkan tekadnya.
Bila kembali ke lima tahun lalu saat Atang mengungkapkan keinginannya untuk mengambil pendidikan S3, Primanita sempat khawatir bahwa itu hanya angan-angan belaka. Sebab, di 2018 dan 2019, Atang telah disibukkan dengan kegiatan partai, dimana ia harus berkutat dengan pesta demokrasi Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Butuh waktu berkali-kali bagi mereka untuk meyakinkan diri bahwa semuanya akan sanggup dijalani dengan baik. Harapan akan ilmu yang bisa bermanfaat untuk masyarakat dan faktor kuliah bersama beberapa sahabat menguatkan keputusan tersebut.
“Akhirnya dengan tekad yang kuat dan suami mendaftar bersama sahabat-sahabatnya, maka Bismillah saya percaya dan memberikan dorongan motivasi kepada suami untuk mendaftar sekolah,” ungkap Primanita.
Awalnya pendidikan S3 Atang berjalan mulus. Kuliah selama 4 semester dijalani dengan sangat baik. Namun, perjalanan tersebut mulai terhambat saat Atang Trisnanto yang mengantongi 6.307 suara (persentase suara tertinggi) pada Pileg 2019, didapuk menjadi Ketua DPRD Kota Bogor. Disitu, Primanita menilai konsentrasi suaminya mulai terpecah. Dimana sang suami harus mengurus partai yang dipimpinnya (PKS), DPRD Kota Bogor, kegiatan sosial, dan menyelesaikan program-program advokasi masyarakat. Akhirnya, pendidikannya pun dinomor terakhirkan.
Bak kisah yang akan berujung dengan kegagalan, pandemi pun mulai menghantam. Penyesuaian kegiatan secara daring membuat Atang makin jauh dari kata lulus. Penelitian yang harus dilakukan tidak kunjung dijalankan. Ia menilai suaminya begitu asyik menjalankan peran dan tugas sebagai wakil rakyat dan ketua partai.
Wanita alumni IPB asal Sukabumi itu pun terkejut saat ia mengetahui suaminya mendapatkan surat peringatan dari kampus yang meminta Atang harus segera menyelesaikan jenjang pendidikannya. Ia dan anak-anaknya pun terus memberikan motivasi bahwa Atang mampu mengerjakan tantangan tersebut.
“Kami suka kasihan melihat beliau terlihat lelah dan di waktu sisanya masih harus berjuang menyelesaikan disertasi. Namun, dengan segala daya dan upaya dikerahkan, pikiran, waktu, tenaga, bahkan harus sering begadang, akhirnya semua terbayar lunas. Alhamdulillah, disertasi yang dikerjakan oleh suami bisa selesai dan kami sebagai keluarga sangat bersyukur saat ia dinyatakan lulus,” ujarnya.
Di akhir acara sidang promosi terbuka doktor Atang Trisnanto, Primanita berdoa agar ilmu yang didapatkan suaminya selama kuliah S3 di IPB tersebut dapat membawa manfaat bagi masyarakat dan ilmu tersebut menjadi kebaikan dan keberkahan untuk diri sendiri, keluarga, agama, bangsa dan negara.
“Semoga segala jerih payah yang telah dilakukan berbuah manis, yaitu mendapat keridhoan dan keberkahan Allah SWT, membawa manfaat dan keberkahan untuk umat dan menjadi amal jariah, ilmu yang senantiasa mengalir pahalanya. Aamiin,” tutupnya.
Anak Petani Raih Doktor IPB University
Rasa haru dan air mata bahagia nampak bersambutan dengan tepuk tangan di Ruang Sidang Sylva Fakultas Kehutanan IPB University setelah promovendus Atang Trisnanto dinyatakan lulus dan mendapatkan gelar Doktor dari IPB University. Atang Trisnanto yang kini duduk sebagai Ketua DPRD Kota Bogor merupakan anak petani dari keluarga sederhana di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Belum sempat menyelesaikan ucapan rasa terimakasihnya kepada keluarganya yang datang dari Kabupaten Banyuwangi, air mata pun jatuh berderai tak bisa ia tahan. Badan besar tak mampu membuat pria ini menahan rasa harunya. Sesaat, ia teringat kembali momen-momen dimana ia harus berangkat dari kampung kecil di Banyuwangi ke Bogor untuk mengenyam pendidikan S1 pada ’97 silam.
Krisis ekonomi 98 membuat perekonomian orang tuanya jatuh. Ayah ibunya harus rela berhutang kesana kemari demi menyelesaikan pendidikan anaknya itu. Dirinya pun harus mengurangi jatah makan harian dan mencari penghasilan tambahan sebagai trainer pelatihan. Perjalanan hidup yang Atang lalui sebagai anak kampung dan anak seorang petani membuat ia bertekad untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya.
“Saya berasal dari kampung yang mana anak-anaknya banyak yang tidak lanjut sekolah, apalagi sampai kuliah. Namun karena tekad besar kedua orang tua saya, saya Bismillah kuliah di IPB hingga menjadi sarjana. Alhamdulillah sekarang bisa lulus S3. Saya berharap sebenarnya Emak saya bisa menyaksikan anaknya menjadi seorang doktor. Tapi mudah-mudahan perjuangan beliau semasa hidup untuk sekolah anak-anaknya menjadi amal jariyah untuk beliau,” pungkas Atang sambil berderai air mata.
Rasa terimakasih tak terhingga untuk para pembimbing, Atang sampaikan dalam sambutan singkat lulusan di akhir acara. Sebab, novelty yang ia hasilkan tak mungkin selesai jika tanpa bantuan komisi pembimbing yang terdiri dari Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, M.Sc, F.Trop (ahli ekowisata dan agrowisata), Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS (ahli lanskap pekarangan), dan Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng (ahli sistem dan modelling).
Ia juga menyampaikan rasa terimakasihnya kepada para penguji, program studi S3 PSL, Sekolah Pascasarjana IPB, rekan-rekan sejawat, teman sekelas dan hadirin yang datang menyaksikan sidang promosi terbuka doktor tersebut.