BOGOR – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Arsip dan Perpustakaan (Diarpus) menetapkan nama untuk tiga sarana utama Perpustakaan Kota Bogor menggunakan nama tokoh literasi sebagai sarana edukasi.
Tiga nama sarana utama Perpustakaan Kota Bogor itu yakni Ruang Baca Raden Ayu Lasminingrat, Ruang Baca Saleh Danasasmita dan Auditorium Bima Arya.
Peresmian pemakaian nama tiga sarana utama Perpustakaan Kota Bogor diresmikan Penjabat (Pj) Wali Kota Bogor, Hery Antasari di Lantai 2 Perpustakaan Kota Bogor, Selasa (14/5/2024).
Turut hadir, Keluarga RA Lasminingrat, Saleh Danasasmita, Bima Arya, Pustakawan Ahli Utama, Ahmad Hadadi, mewakili Mewakili (Dispusipda) Provinsi Jawa Barat (Jabar), Kepala Diarpus Kota Bogor, Rudiyana, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kota Bogor, Rudy Mashudi.
Ditetapkanya tiga nama ini telah melalui pengkajian, pendalaman, sehingga bukan merupakan keputusan yang subjektif karena telah melalui proses panjang yang melibatkan berbagai pihak.
Pj Wali Kota Bogor, Hery Antasari menyampaikan ini adalah momentum yang sangat penting, bahwa perjalanan membangun literasi di Kota Bogor pada lima tahun terakhir Pemerintah kota (Pemkot) Bogor telah bekerja secara optimal dalam membangun literasi masyarakat.
Oleh karenanya sebagai Pj Wali Kota Bogor, Hery Antasari meneruskan apa yang sudah baik, termasuk apa yang sudah di pondasikan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya dan para tokoh.
“Betul kata pak Kadis Arpus seperti kata Bung Karno, ‘Jas Merah’ jangan sekali-kali melupakan sejarah. Oleh karenanya dengan menamai sarana prasarana literasi di tengah-tengah kita dinamakan dari tokoh-tokoh yang sudah berjasa bagi tokoh pembangunan kota,” katanya.
Saat ini koleksi di Perpustakaan Kota Bogor yang awalnya 30 ribu menjadi 85 ribu ditambah dengan 2.000 literasi berbentuk digital. Tingkat kunjungan yang semula 50 pengunjung, kini 500 pengunjung per hari dan keanggotaan perpustakaan yang semula 3.000 kini menjadi 20.000.
Hery Antasari menjelaskan bahwa literasi adalah investasi bagi masa depan anak-anak di tengah serbuan digitalisasi informasi, pengetahuan yang bisa diakses melalui hands on ke smartphone yang juga memiliki banyak tantangan, diantaranya adalah adanya informasi yang belum saatnya didapatkan atau diakses oleh anak-anak.
“Sehingga tentu itu harus diimbangi dengan berbagai informasi, termasuk dari literasi-literasi yang konvensional maupun literasi digital,” ujarnya.
Kepala Diarpus Kota Bogor, Rudiyana menyampaikan bahwa Perpustakaan Kota Bogor sudah ada sejak tahun 1975 dengan lokasi terakhir di komplek GOR Pajajaran sebelum berpindah ke Jalan Kapten Muslihat.
“Di tahun 2021 pak Bima Arya ketika menjadi Wali Kota Bogor menetapkan Perpustakaan sebagai program prioritas dengan penambahan berbagai sarananya, termasuk auditorium yang sudah menjadi tempat untuk 32 acara dan dikunjungi 150.000 orang sejak diresmikan. Sehingga sebagai bentuk apresiasi dan edukasi kepada masyarakat terhadap dedikasi para tokoh yang telah banyak memberikan jasa kepada literasi, maka diberikan nama untuk Ruang Baca Raden Ayu Lasminingrat, Ruang Baca Saleh Danasasmita dan Auditorium Bima Arya,” katanya.
Wali Kota Bogor periode 2014 – 2024, Bima Arya mengatakan bahwa gedung ini adalah ikhtiar bersama untuk menyiapkan anak-anak muda menjemput masa depan, membawa Kota Bogor menjemput masa keemasannya.
“Gedung perpustakaan ini adalah ikhtiar kita untuk menjadikan Kota Bogor sebagai kota yang menghargai sejarah. Ini adalah turunan dari semangat itu, memuliakan sosok pemimpin dari masa ke masa. Semangat menyiapkan generasi hari ini untuk menjemput masa depan. Tentu ini bukan hanya hasil kerja seorang Bima Arya saja, tapi kerja keras kita semua,” katanya.
Dalam peresmian ini, Pustakawan Ahli Utama, Ahmad Hadadi mewakili Dispusipda Jabar menjelaskan bahwa Raden Ayu Lasminingrat merupakan bunda literasi pertama di Indonesia yang juga mempopulerkan kesusastraan sunda. Di Kota Bogor juga terdapat tokoh ahli sejarah sunda, sastrawan yakni Saleh Danasasmita
“RA Lasminingrat adalah pejuang sunda yang mempelopori kesusastraan sunda dan tercatat sebagai bunda literasi pertama di Indonesia, beliau adalah tokoh literasi nasional. Kemudian Saleh Danasasmita, beliau adalah ahli sejarah sunda, sastrawan dan penulis sejarah Kota Bogor, juga kemudian ada juga pak Bima Arya sebagai tokoh nasional dan tokoh literasi yang juga menulis buku,” katanya.