Barayanews.co.id – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menjelaskan banjir yang melanda kawasan Jabodetabek beberapa hari yang lalu diakibatkan sistem penyerapan air di bagian hulu yakni di Puncak Bogor, Jawa Barat terganggu.
Mantan Kapolri itu mengemukakakn banyak lahan-lahan di wilayah Puncak sudah ‘disulap’ menjadi pemukiman. Padahal, wilayah tersebut merupakan daerah utama resapan air hujan.
“Daerah Puncak Bogor, area untuk menangkap air rata-rata sudah menjadi pemukiman, tanaman-tanaman yang tidak mampu menyerap air, yang tidak memiliki kemampuan menyimpan air laut menjadi air tanah,” kata Tito seperti dilansir di CNN.
Menanggapi polemik itu, Tito memandang wajar bila air hujan yang turun di Bogor tak langsung meresap ke tanah. Air itu, kata dia, langsung mengalir ke daerah-daerah yang rendah karena minimnya area serapan.
“Itu juga yang mengakibatkan banjir di daerah masuk ke jalan-jalan termasuk jalan tol,” kata dia.
Lebih jauh Tito menilai bahwa persoalan daerah aliran sungai dari hulu ke hilir selama ini memang bermasalah. Karenanya perlu ada satu visi dan misi yang sama antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengatasi persoalan ini.
“Ada program mengatasi banjir, katakanlah di Jabodetabek dan sekitarnya, ini adalah suatu gambaran bagaimana pentingnya sinkronisasi antara Pusat dan Daerah dari hulu sampai ke hilir,” kata dia.
Karena itu Tito juga meminta agar pemerintah daerah di Jabodetabek memperhatikan Lima Program Prioritas Pembangunan Nasional. Dalam program itu terdapat poin mengenai pembangunan infrastruktur dan kaitannya dengan pencegahan bencana alam seperti banjir.
Menurutnya, kurangnya infrastruktur berupa bendungan dan sistem drainase secara alami atau buatan turut menyumbang penyebab banjir di beberapa wilayah Jabodetabek. Belum lagi ada beberapa waduk yang mengalami pendangkalan.
“Di daerah tengah tidak tersedia bendungan-bendungan yang cukup untuk menampung dan memecah air dari atas sebelum masuk ke lowland, terutama daerah Ibukota Jakarta, Bekasi, dan Tangerang tidak memilki sistem drainase yang cukup atau sistem untuk menyerap ke bawah ataupun mengalirkan ke laut,” kata mantan Kapolri ini.
Tak hanya wilayah Jabodetabek saja, mantan Kapolri itu juga menghimbau agar seluruh Pemda dan masyarakat bersiap siaga menghadapi curah hujan yang tinggi sampai dua bulan ke depan sesuai perkirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Pasalnya, hujan dengan intensitas tinggi tersebut juga berpotensi menimbulkan bencana alam, seperti banjir.
“Kalau kita melihat dari BMKG ini (hujan) bisa sampai bulan Februari – Maret, bukan hanya daerah Jabodetabek yang berpotensi terjadi banjir tapi daerah-daerah lain juga, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, NTT, Kalimantan, Sulawesi, semua punya potensi,” kata Tito.
Tito juga meminta seluruh pemda memerhatikan anggaran dan membuat strategi pemetaan anggaran terkait penangan maupun pencegahan potensi bencana. Ia ingin memastikan negara dan pemerintah hadir dalam setiap kebutuhan dan kesulitan masyarakat.