Barayanews.co.id – Rumah Sakit Lapangan (RSL) Kota Bogor tak lagi dapat menampung pasien Covid-19. Hal itu lantaran, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor secara resmi mengakhiri operasional rumah sakit yang berada di kawasan Stadion Pajajaran, Kota Bogor.
Terkait hal tersebut, Wali Kota Bogor, Bima Arya mengatakan, sesuai kontrak RSL Kota Bogor itu berakhir pada Minggu, 18 April 2021. Sehingga Pemkot Bogor menghentikan operasional rumah sakit darutat yang sudah berjalan selama tiga bulan terakhir untuk menangani pasien Covid-19.
“Jadi hari ini RS lapangan di non aktifkan dahulu karena kebutuhannya sudah tidak ada lagi,” kata Bima usai penutupan RSL Kota Bogor sekaligus penyerahan tanda penghargaan kepada karyawan RSL Covid 19 Kota Bogor, di Jalan Pemuda, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Senin (19/4/20210).
Bima mengatakan, RSL ini didirikan karena ada kebutuhan untuk angka keterisian kamar di rumah sakit atau bad occupancy rate (BOR) masih sangat tinggi. Sedangkan, kondisi saat ini masih sangat terkendali.
“Sudah jauh sekali dibawah rata-rata WHO jadi sudah tidak ada kebutuhan itu (BOR), semua sudah tercukupi di faskes seluruh rumah sakit rujukan yang ada, itu poin pertama,” katanya.
Kedua, RSL masih memungkinkan untuk dioperasionalkan kembali ketika ada kebutuhan yang memang mendesak.
“Apakah kebutuhan itu ada, mudah-mudahan tidak ada lagi, terus aman dan terkendali. Kita terus koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),” ujar suami Yane Ardian itu.
Selain itu, BNPB nantinya yang akan melakukan evaluasi dan asesmen RSL Kota Bogor.
“Jadi secara administratif di review oleh inspektorat dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) dan disampaikan nanti ke BNPB,” ucapnya.
Kemudian, BNPB yang nantinya akan melakukan kajian.
Politisi PAN itu menegaskan jika memang tidak ada kebutuhan untuk kebutuhan tempat tidur maka operasional RSL tidak akan dilanjutkan. Namun, dirinya berharap agar Pemkot Bogor melakukan antisipasi dan jangan sampai terjadi adanya gelombang ke dua kasus Covid-19 di Kota Bogor.
“Kalau ada lonjakan lagi tentunya RS Lapangan akan kembali dibutuhkan,” tandasnya.
Bima memaparkan jumlah kasus Covid-19 di Kota Bogor yang terus melandai, dengan jumlah penambahan rata-rata 30 kasus per hari. Lanjut Bima mengatakan, kuncinya di bulan Ramadan, harus dijaga agar tak terjadi lonjakan kasus baru dan trennya harus dipertahankan agar terus menurun.
Bima mengakui keberadaan RSL sendiri sangat efektif mengurangi penularan. Selama operasional, total pasien yang telah dirawat sebanyak 346 dirawat, 298 pasien dinyatakan sehat sisanya dirujuk dan kondisinya terus membaik.
Sedangkan untuk alat kesehatan (Alkes), semuanya masih disiagakan di RSL. Dengan berakhirnya operasional RSL, maka 222 orang yang terbagi atas dokter umum 10 orang, dokter spesialis delapan orang, perawat 52 orang, supir 12 orang, satpam delapan orang, tenaga manajemen 30 orang dan non-nakes 102 orang, akan dikembalikan ke tempat tugas asalnya, sedangkan untuk karyawan kontrak maka secara otomatis telah berakhir sejak 12 April 2020.
“Kalau ada panggilan tugas nakes akan kembali bertugas. Kalau nanti situasi naik lagi maka akan aktif lagi,” ucapnya.
“Ada yang kembali bertugas di tempat lain seperti RSUD Kota Bogor tapi sisanya stand by. Kebutuhannya tidak ada sekarang. Ini RS lapangan darurat, kalau bed occupacy rendah ini banyak mubazir, bisa ditempatkan di faskes lain. Kalau BNPB siap saja untuk mengalokasikan dana siap pakai. DSP sudah tidak ada tapi siap berproses siap di kucurkan,” tukasnya.