Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor melakukan sosialisasi dan simulasi alat sistem peringatan dini banjir di Sungai Ciheuleut, Kelurahan Tanah Baru, Kecamatan Bogor Utara, Rabu (29/6/2022).
Pemasangan alat ini tidak lepas dari kondisi banjir akibat debit atau luapan arus air Sungai Ciheuleut saat curah hujan cukup tinggi.
Sosialisasi dan simulasi dihadiri langsung Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah didampingi Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Theofilo Patrocinio Freitas, Kepala Disperumkim Kota Bogor, Juniarti Estiningsih, Kepala Bagian Tapem Setda Kota Bogor, Marse Hendra Saputra, Camat Bogor Utara, Riki Robiansyah, Lurah Tanah Baru dan Lurah Cibuluh.
Dihadapan warga, Syarifah menyebutkan, dengan data kebencanaan yang dimiliki BPBD Kota Bogor sudah seharusnya diimbangi dengan inovasi dalam menghadapinya untuk menangani persoalan bencana, minimal mampu mengurangi kerugian yang ditimbulkannya.
“Alat ini menjadi bukti dari tantangan yang ada dan salah satu bentuk kolaborasi serta partisipasi warga. Alat ini hanya warning, yang utama itu adalah kita harus mampu mitigasi (pencegahan). Jadi tidak hanya menangani saja dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan bencana itu bisa terjadi.Ke depan alatnya akan kita evaluasi, efektifitasnya seperti apa, semoga ada teknologi yang lebih baik lagi. Yang jelas saya bangga, ini namanya teknologi tepat guna yang terkadang lebih efektif karena warga sendiri yang merasakannya,” kata Sekda.
Namun keberadaan alat ini kata Syarifah, tergantung dari sumber daya manusia yang ada di belakangnya. Untuk itu kepedulian dan pemahaman warga diharapkan tetap terjaga dalam menjalani simulasi secara periodik dan sosialisasi bersama sebagai langkah antisipasi untuk menghindari dampak bencana yang lebih besar.
Disamping itu, agar tidak muncul kelalaian dan menganggap sebagai hal yang biasa jika ada peringatan. Setelah dipasang, pemeliharaan secara berkala agar tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dan optimal.
“Ke depan diharapkan tidak hanya alat sistem peringatan dini untuk bencana banjir, tetapi juga tanah longsor. Di Kota Bogor ada 4 kejadian bencana yang mendominasi, yaitu banjir, longsor, pohon tumbang dan angin puting beliung,” sebutnya.
Selain mitigasi, penyuluhan, edukasi dan sosialisasi kebencanaan menjadi faktor pendukung lainnya. Sekda berharap aparatur wilayah memiliki data yang lengkap, salah satunya data kondisi wilayah dan potensi bencana sehingga dapat diambil tindakan sebagai langkah mitigasi.
Pada kesempatan itu, ia mengajak untuk mengenali alam, daerah yang memiliki titik-titik rawan bencana dan cara mitigasi sehingga potensi korban dan kerugian dapat dieliminir.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Bogor, Theofilo Patrocinio Freitas menerangkan, pemasangan dan simulasi alat sistem pendeteksi dini banjir tidak lepas dari peran dan kontribusi para relawan di Forum Penanggulangan Resiko Bencana di Kelurahan Panaragan.
Warga sambung Theo berharap agar pemasangan alat ini tidak hanya satu, tetapi juga di titik-titik lain yang memiliki resiko banjir. Penyempurnaan diperlukan agar efektifitas dari penggunaannya dapat optimal dan maksimal.
“Dengan pemasangan alat sistem peringatan atau deteksi dini banjir bukan berarti tidak akan terjadi banjir lagi, tetapi memberikan peringatan dini bagi warga sehingga dapat mengamankan barang-barangnya dan menghindari dampak atau kerugian yang lebih besar,” katanya.
Penanganan oleh dinas terkait juga diharapkan agar dapat segera ditangani sehingga mencegah kondisi dan dampak yang lebih parah akibat dari banjir yang bisa merugikan warga.
Turut hadir dalam sosialisasi dan simulasi para ketua RT dan RW, lurah Cibuluh dan Tanah Baru, Kapolsek Bogor Utara, Babinsa dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Tanah Baru.