Barayanews.co.id – Mengantisipasi kekeruhan air baku akibat dampak bencana alam yang melanda wilayah Bogor, Perumda Tirta Pakuan akan menambah petugas jaga di instalasi pengolahan air.
Dikatakan hal tersebut oleh Direktur Teknik (Dirtek) Perumda Tirta Pakuan Ardani Yusuf.
Menurut Ardani, bencana alam tidak bisa diprediksi, tapi pihaknya akan siaga di pengolahan air dengan meng-update kondisi setiap jam.
“Kami juga disitu siapkan tenaga tambahan untuk menangani permasalahan sampah, selain lumpur,” kata Ardani, Senin (25/1/2021).
Ardani mengatakan, pihaknya sempat menghentikan operasi pada Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) Katulampa pada saat kejadian banjir bandang di kawasan puncak, beberapa waktu lalu, karena air baku tidak memenuhi standar tingkat kekeruhan air (NTU). Tingkat kekeruhan air menunjukkan rekor tertinggi dengan 70.000 NTU.
“Kemarin itu saya bilang rekor selama 19 tahun berkerja di PDAM. Maksimal itu di SPAM Katulampa maupun di IPA Dekeng kurang lebih 8.000 NTU. Di angka itu tentunya masih bisa mengolah air baku,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, dalam kejadian itu, pada pukul 15.00 NTU mengalami perubahan drastis selama satu jam dari 100 menjadi 15.000. Tingkat kekeruhan air sempat turun ke 4.900, namun 10 menit kemudian naik kembali menjadi 24.000 NTU.
“Bahkan, di sedimentasi itu sampai 70.000 NTU yang dari standar Kementerian Kesehatan harusnya di bawah 10. Tentu itu tidak bisa diolah, artinya stop produksi air dari jam 17.00 dengan stok air masih tersedia di reservoir setinggi 2,30 meter,” jelasnya.
Sekitar pukul 21.00, lanjut Ardani, NTU berangsur turun, sehingga SPAM Katulampa sudah dapat mengolah air. Namun produksi air baru bisa masuk ke reservoir pada pukul 4.27.
“Kendalanya akibat dari running terus karena WTP tidak boleh dimatikan. Hanya pada saat masuk ke reservoir di filter terdapat lumpur dan pasir. Jadi dari jam 9 malam, air baru bisa masuk ke reservoir sekitar setengah 5 bisa memenuhi standar Kementerian Kesehatan di bawah 5 NTU,” terangnya.
Untuk mengantisipasi gangguan pasokan air di zona 7, tambah Ardani pihaknya menurunkan 5 mobil tangki selama 24 jam. Selain itu, pihaknya juga mengejar produksi air.
“Alhamdulillah, sekarang pelayanan sudah stabil, dan saya cek ke call center, sejak Kamis sudah tidak ada permintaan air,” pungkasnya