BOGOR– Bertemunya Timnas Inggris dengan Timnas Italia di partai puncak Euro 2020 pada 12 Juni mendatang di Stadion Wembley, London bisa disebut final ideal. Duel nanti juga layak disebut sebagai perang bintang antara tim yang sedang menikmati generasi emasnya, menghadapi kesebelasan yang bisa dibilang masih dalam transisi dari generasi bintang terdahulunya. Sebagaimana diketahui, Gli Azzurri tidak tampil gemilang dan terkesan turun naik pada perhelatan internasional pasca menjuarai Piala Dunia 2006 dan dipermalukan empat gol tanpa balas pada helatan piala eropa 2012 melawan tim bertabur bintang kala itu, Spanyol.
Mereka sama-sama belum tersentuh kekalahan sejak fase grup. Timnas Italia sempat ditahan imbang Spanyol di semifinal lalu. Tapi mereka berhasil memang lewat adu penalti.
Sedangkan Inggris, mereka sempat ditahan Skotlandia di fase Grup D. Setelah itu, semua lawan berhasil dipecundanginya. Termasuk tim tangguh Jerman.
Pelatih Persik Kediri, Joko ‘Getuk’ Susilo mengakui jika final Euro kali ini sangat menarik. “Layak juga disebut final ideal. Karena mereka belum terkalahkan dan punya karakter permainan masing-masing,” kata mantan pelatih Arema FC ini.
Dia menyebut Italia kuat di sektor pertahanan. Sementara Inggris, punya lini depan menakutkan. Dua kelebihan itu akan saling berhadapan di final. Striker sekelas Harry Kane di skuat Inggris akan berhadapan dengan duet stoper gaek Italia, Giorgio Chiellini dan Leonardo Bonucci.
“Italia punya formasi pakem 4-3-3. Mereka sebenarnya bermain menyerang. Tapi justru lini pertahanannya yang terlihat tangguh. Sedangkan Inggris lebih fleksibel formasinya. Kadang main dengan 4 atau 3 pemain belakang. Tergantung kebutuhan permainan mereka mau seperti apa,” jelasnya.
Disini akan dijelaskan sejumlah pemain kunci masing-masing tim di final ini. Seperti yang disebutkannya, Italia didominasi pemain belakang. Sedangkan Timnas Inggris sektor depan. Nama-nama itu bakal berkontribusi besar untuk membuat timnya jadi juara di Euro 2020. Siapa saja mereka? Berikut ulasannya.
Pemain Kunci Italia
Timnas Italia berhasil mengunci satu tempat di final Euro 2020 usai menumbangkan Spanyol lewat drama adu penalti. Jorginho yang menjadi penendang terakhir sukses memastikan kemenangan setelah tendangannya gagal diadang Unai Simon.
Guanluigi Donnarumma
Kiper jangkung ini baru kemasukan 3 gol selama Euro 2020 digelar. Jumlah yang minim. Selain punya tembok duet stoper senior, Chiellini dan Bonucci, dia juga terlihat tangguh dibawah mistar. Banyak penyelamatan dilakukan Donnarumma. Terutama ketika berjumpa tim kuat seperti Belgia dan Spanyol.
“Dia masih 22 tahun. Tapi sudah punya banyak pengalaman dan tampil luar biasa untuk negaranya. Posturnya tinggi (196 cm), diimbangi dengan reflek yang bagus. Salah satu kiper terbaik di dunia saat ini,” pujinya. Donnarumma sudah matang di usia muda. Dia berhasil menggantikan kiper legendaris Italia, Gianluigi Buffon. Bisa jadi lini depan Inggris frustasi dengan ketangguhannya dibawah mistar.
Giorgio Chiellini
Usianya sudah tidak muda lagi. Bek yang memperkuat raksasa Italia, Juventus itu sudah memasuki 36 tahun. Namun, usia tak menggerogoti fisiknya ketika tampil di atas lapangan. Chiellini masih tetap jadi bek kokoh yang sulit dilewati lawan. Dia tak goyah ketika berhadapan dengan striker tipikal gesit atau yang mengandalkan postur jangkung.
Chiellini dikenal sebagai stoper yang tak kenal kompromi. Dia mengandalkan fisiknya yang tangguh untuk berduel dengan striker lawan. Meski tak secepat dulu lagi, mantan pemain Fiorentina ini masih bisa membuat penyerang sekelas Romelu Lukaku (Belgia) dan Alvaro Morata (Spanyol) tak banyak punya peluang emas. Selain itu, dia punya peran sebagai leader. Karena ditunjuk pelatih Italia, Roberto Mancini sebagai kapten tim.
Leonardo Bonucci
Pasangan serasi Chiellini baik di klub maupun di timnas. Sebenarnya dia sama gaeknya. Karena sudah berusia 34 tahun. Namun Bonucci masih bisa membuat pertahanan Italia solid. “Italia dari dulu punya banyak pemain belakang bagus. Sekarang Bonucci juga. Meski tidak muda, tapi pertahanannya sulit ditembus. Sistem grendel muncul kalau sudah menghadapi lawan yang punya karakter menyerang,” kata Getuk.
Secara karakter, sebenarnya Bonucci tak beda jauh dengan Chiellini. Tapi dia lebih tenang dalam melakukan intersep. Selain itu, bek yang sempat membela AC Milan musim 2018 ini juga sempat jadi kapten di klub. Sehingga dia jadi leader layaknya Chiellini.
Jorginho
Gelandang kelahiran Brasil ini jadi otak serangan Italia dari lini tengah. Dia bisa mengubah tempo permainan. Jika Italia sedang bertahan, Jorginho yang bertugas mengalirkan bola ke depan saat melakukan serangan balik. Bisa dibilang dia memainkan peran Andrea Pirlo di timnas Italia beberapa tahun lalu.
“Jorginho ini jadi salah satu pemain kunci Italia. Sebenarnya, tim ini bermain menyerang. Tapi transisinya cepat menjadi bertahan ketika diserang lawan. Begitu dapat bola, Jorginho bisa membuat serangan balik yang cepat,” jelas Getuk.
Sebenarnya, lini depan juga punya peran tak kalah sentral. Ada Federico Chiesa dan Lorenzo Insigne dengan kecepatannya bisa mengejar bola daerah yang dilepaskan Jorginho. “Sebenarnya Italia ini punya banyak pemain bagus yang sesuai dengan kebutuhan formasi Mancini. Mereka bukan nama besar di sepak bola dunia. Tapi pemain penting di klub masing-masing,” sambungnya.
Pemain Kunci di Inggris
Harry Kane
Striker paling komplit di Inggris. Postur jangkung, skill bagus dan punya kecepatan juga. Penyerang asal klub Tottenham Hotspur ini mulai tajam di fase knock out Euro 2020. Sejak 16 besar dia mulai mencetak gol. Masing-masing ke gawang Jerman, Ukraina dan Denmark.
“Dia pemain paling bahaya di lini depan Inggris. Sudah pasti Kane jadi andalan utama mencetak gol ke gawang Italia,” kata Getuk. Striker 27 tahun ini juga ditunjang para pemain sayap cepat yang bisa melayaninya. Seperti Raheem Sterling, Bukayo Saka dan lainnya. Tak menutup kemungkinan gawang Italia jadi sasaran ke empat yang dibidik Kane di ajang ini.
Raheem Sterling
Terkadang beroperasi di sayap, tapi bisa juga jadi second striker. Itu yang membuat Sterling jadi ancaman lini belakang lawan. Pemain Manchester City itu punya skill dan kecepatan di atas rata-rata. Di fase grup, dia bukan sekedar jadi pengatur serangan tim. Tapi juga pemecah kebuntuan. Inggris hanya bisa mencetak dua gol di fase Grup D. Dua gol itu semua diborong Sterling.
Meski di fase gugur dia belum mencetak gol, namun kontribusinya tetap besar. “Sudah tidak perlu ditanya lagi kalau Sterling pasti masuk pemain kunci. Dia cukup dominan sebagai pemain yang bisa bergerak liar. Ini yang sulit dihentikan lawan,” tegasnya.
Bukayo Saka
Usianya masih 19 tahun. Tapi bagi Getuk, Saka jadi pemain penting Inggris. Karena kecepatannya di sektor sayap bisa membuat celah di pertahanan lawan. “Saka ini pemain yang baru muncul. Tapi dia punya kecepatan dan bahaya bagi lawan,” katanya.
Saka baru musim 2020/2021 jadi pemain regular di klubnya, Arsenal. Sebelumnya di masih sering tampil di tim U-23 Arsenal. Tapi dia bisa memanfaatkan momentum Euro ini jadi pembuktian jika dia punya potensi besar di usia muda. “Jangan sampai memandang pemain ini sebelah mata. Setiap tim lawan harus memberikan perhatian khusus kepadanya,” jelas dia.
Luke Shaw
Posisinya sebagai bek kiri. Tapi dia masuk pemain kunci karena rajin membantu serangan. Pemain yang sempat mengalami cedera patah tulang di Manchester United musim 2015 ini banyak menyuplai bola bagi lini tengah dan depan Inggris. “Pastinya tugas utama Shaw mengawal pertahan sebelah kiri. Tapi dia rajin sekali naik kedepan. Crossingnya bisa membuat lini depan Inggris punya banyak peluang,” kata Getuk.
Bek sayap modern dan punya fisik bagus pastinya yang bisa melakukan hal seperti itu. Shaw bisa cepat kembali ke posisinya ketika Inggris kehilangan bola. Tapi saat lawan Italia, dia harus lebih waspada. Karena banyak pemain depan dan sayap yang punya kecepatan untuk melakukan serangan balik.