Wali Kota Bogor Bima Arya melakukan interaksi santai di Balaikota Bogor bersama puluhan pelajar SMP dan SMA usai upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Jumat (13/5/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Bima Arya memulai berbagi cerita seputar kondisi Kota Bogor yang sudah bergerak menuju normal setelah menurunnya kasus Covid-19.
Kemudian Bima Arya melemparkan sejumlah pertanyaan seputar sejarah bangsa, salah satunya diminta menyebutkan nama-nama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia sampai saat ini. Rata-rata para pelajar yang hadir tidak bisa menyebutkan secara lengkap nama-nama yang diminta Bima Arya.
“Jadi, saya titip betul banyak baca sejarah. Karena kalau kalian lupa sejarah kalian akan gagal untuk memasuki masa depan. Kalian harus lebih peduli terhadap negara kita. Siapa tahu kalian akan jadi pemimpin selanjutnya,” ungkap Bima.
Kemudian Bima kembali bertanya mengenai peristiwa yang sedang terjadi di negara Filipina. “Yang terjadi di negara Filipina sesuatu yang mengejutkan dunia. Ada yang tahu apa yang terjadi?,” tanya wali kota.
Kemudian seorang siswi SMA mengangkat tangan lalu menjawab, “Anak dari mantan Presiden Filipina yang terkenal diktator terpilih menjadi presiden karena aktif di media sosial dan menyasar anak muda (saat kampanye). Banyak anak muda di sana yang lupa sejarah sehingga keturunan dari seorang diktator bisa menjabat sebagai presiden,” jawab siswi tersebut yang mendapat acungan jempol dari Bima Arya.
Kemudian Bima Arya menjelaskan, bahwa pada 1986 di Filipina terjadi people power menurunkan presiden saat itu Ferdinand Marcos yang sudah 20 tahun berkuasa karena korup dan diktator.
“Itu tahun-tahun yang kelam dalam sejarah Filipina. Sekarang, puluhan tahun setelah Marcos diturunkan secara paksa, anaknya terpilih jadi Presiden Filipina. Suaranya tinggi pula,” terang Bima.
“Siapa pemilihnya? Anak-anak muda Filipina yang tidak belajar dari sejarah yang tidak tahu sejarah bangsa. Ini hati-hati. Poin saya adalah jangan pernah melupakan sejarah. Masalah pilihan politik kalian boleh pilih siapa saja, tapi ketika memilih harus lihat sejarahnya. Ya, memang bisa saja anaknya tidak seperti bapaknya. Bisa saja. Tapi kita semua harus jadikan itu semua sebagai pembelajaran,” tandasnya.