Plh. Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim memimpin Kick Off Meeting Pembentukan Tim Pembangunan dan Pengembangan Percepatan Perkeretaapian di Paseban Sri Bima, Balai Kota Bogor, Rabu (6/7/2022). Sejumlah arahan, masukan dan saran disampaikan semua pihak yang hadir dalam acara tersebut.
Dedie menyebutkan program yang dibahas merupakan berdasarkan hasil rekomendasi Bogor Transportation Program (B-TOP) dan untuk kajiannya mendapatkan dana dari donor GIZ. Menurut Dedie, semua pihak di Kota Bogor harus memiliki sense of belonging dan tanggung jawab terhadap program tersebut.
Untuk mencapai goals tersebut, Bappeda Kota Bogor diminta untuk membuat Balanced Scorecard yang terdapat masing-masing bubble perihal aset, keuangan, stakeholders dengan goals peresmian trem.
“Jadi masing-masing akan terdapat turunan kegiatan demi mencapai goals tersebut. Perpindahan Pasar Bogor di Suryakencana bertujuan sebagai redistribusi pergerakan masyarakat di wilayah tersebut, ini juga berkorelasi dari goals peresmian trem,” kata Dedie.
Menurutnya bangkitan yang ada di Kota Bogor seperti dari KRL yang jumlahnya diatas 100 ribu penumpang per hari, kemudian juga kendaraan dengan kisaran 600 ribu kendaraan per hari selama 24 jam, dimana 200 ribu diantaranya dari Kota Bogor. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mendasari akan program tersebut.
Kepala Bappeda Kota Bogor, Rudy Mashudi menyebutkan, dalam penyusunan program trem membutuhkan kerja sama dan kerja keras semua pihak mengingat banyaknya dimensi yang harus dipersiapkan.
“Jadi ada tiga hal yang menjadi kepentingan kita, yaitu aspek regulasi yang perlu dikoordinasikan dengan internal, provinsi maupun pusat terkait trem. Selanjutnya dari sisi teknis dan ketiga adalah terkait komersialisasi atau pembiayaan untuk keberlanjutan dari program trem ini. Jadi ke depan ketiga hal tersebut kita konsolidasi dan akan kita bentuk untuk proses percepatan, pengembangan dan perencanaan trem itu sendiri,” jelas Rudy.
Ahli Transportasi, Yayat Supriatna mengungkapkan perlunya dibentuk tim percepatan agar dapat fokus pada regulasi, teknis tanpa melupakan esensi komersialnya. Menurut Yayat, visi dan misi yang ada tanpa ‘gizi’ adalah mimpi. ‘Gizi’ tersebut yang diharapkan menjadi kekuatan besar dalam konteks pengembangan angkutan.
“Kota Bogor harus betul-betul percaya diri bahwa ini bukan main-main, sanggup karena sudah punya pengalaman dalam penataan transportasi. Urban tourism merupakan salah satu kekuatan Kota Bogor, untuk itu Kota Bogor sebaiknya mampu mengoptimalkan identitas urban tourism dan dapat bersinergi dengan rencana pariwisata di wilayah sekitarnya,” tutur Yayat.
Selain perwakilan perangkat daerah terkait, acara tersebut dihadiri para asisten dan perwakilan dari pihak Colas Rail.