HUMPROPUB – Komoditi tahu dan tempe di Kota Bogor, sempat menghilang dari pasaran selama tiga hari, sejak Senin (21/2) hingga Rabu (23/2). Hal itu disebabkan para pengrajin tahu dan tempe berhenti membuat komoditi pangan dari kacang kedelai, karena terus terjadi kenaikan harga dari bahan dasar yang digunakan.
“Meminta pengrajin untuk bersabar dan menghimbau masyarakat untuk beralih ke sumber nabati lain bukanlah keputusan yang tepat. Tempe tahu merupakan sumber nabati terpenting bagi rakyat di negeri ini. Pemerintah harus cepat bertindak, tidak sekedar himbauan”, tegas Ketua DPRD Atang Trisnanto.
Menindaklanjuti kondisi tersebut, alumni IPB ini pun melakukan inspeksi mendadak guna mengecek harga dan ketersediaan tempe dan tahu di Pasar Bogor, Kamis (24/2). Berdasarkan hasil sidak, tahu dan tempe telah dijual di pasar. Stoknya pun cukup banyak dan harganya tetap. Namun, Atang juga mendapatkan laporan dari para pedagang bahwa terdapat kenaikan harga kacang kedelai. Dari yang biasanya Rp9,500 per kilogram, kini dibanderol Rp11,600 per kilogram. Keadaan ini tentunya akan mengganggu kesejahteraan pengrajin tahu tempe dan pedagang di pasar.
“Kita bisa memahami jika pengajin tempe beberapa hari lalu mengadakan aksi mogok. Mereka dihadapkan pada situasi serba sulit. Bahan baku mahal dan sulit, sementara opsi menaikkan harga bukanlah solusi yang menguntungkan bagi pengrajin dan pedagang tahu tempe di tengah ekonomi sulit saat ini,” ujar Atang.
Untuk mengatasi kenaikan harga dan ketersediaan kedelai, Atang memberikan solusi jangka pendek dan jangka menengah. Langkah cepat jangka pendeknya adalah kebijakan Kementerian Perdagangan untuk menyerap semua kedelai hasil panen petani dalam negeri. Selanjutnya importasi kedelai selain dari Amerika, yaitu Brasil dan Argentina.
Sebenarnya, menurut Atang langkah ini harusnya sudah bisa disiapkan jauh-jauh hari karena informasi turunnya produksi kedelai akibat la nina di Amerika tentu sudah ada beberapa waktu sebelumnya. Ia pun menyayangkan langkah pemerintah yang tidak responsif mengantisipasi kejadian ini.
Sedangkan secara jangka panjang, Atang meminta pemerintah untuk mengupayakan pemenuhan kedelai melalui produksi dalam negeri. Caranya dengan pemanfaatan lahan tidak produktif, insentif bagi petani kedelai, dan inovasi teknologi.
“Banyak lahan HGU terlantar, kan bisa dimanfaatkan untuk digarap petani. Sayang dikuasai swasta tapi dibiarkan ga produktif. Ini akan meningkatkan luasan tanam kedelai. Pemerintah juga harus menyiapkan skema insentif bagi petani kedelai. Terakhir, inovasi teknologi benih kedelai maupun pola budidayanya perlu terus dikembangkan agar produktivitasnya tidak kalah dengan negara sub tropis seperti Amerika,” pungkasnya.
BOGOR – Festival Pencak Silat Seni Rivera Cup 2025 resmi digelar selama tiga hari di…
BOGOR - Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas IIA Bogor bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor secara serentak…
BOGOR - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bogor bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menyelenggarakan kegiatan…
BOGOR - Sebanyak 43 pasangan dari enam kecamatan se-Kota Bogor mengikuti nikah massal yang diadakan…
BOGOR - Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin menerima kunjungan Bupati Bintan, Provinsi Kepulauan Riau,…
BOGOR - Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Bhayangkara ke-79, Polresta Bogor Kota menyelenggarakan lomba debat…
This website uses cookies.