Kota Bogor

Satu RW Numpuk Kasus Stunting, JM Minta Dinkes Lakukan Treatment Berkelanjutan

 

BOGOR – Kasus stunting yang menerpa generasi muda rupanya belum bisa benar-benar lepas di Kota Bogor. Bahkan pada satu RW saja di Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, diketahui ada 13 anak yang mengalami stunting.

Hal itu diungkapkan Wakil Ketua DPRD Kota Bogor Jenal Mutaqin selepas turun langsung ke wilayah beberapa waktu lalu. Ia mengaku prihatin lantaran kasus tersebut masih saja ada lantaran dinilai belum ada treatmen atau tindakan yang berkelanjutan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor.

“Sebetulnya secara global belum tahu pasti jumlahnya. Tapi waktu saya ke satu RW itu saja sudah 13 orang kasus stuntung di Katulampa. Saya lihat kondisi ekonominya juga memang memprihatinkan. Persoalan ini nggak akan selesai kalau tidak ada treatment yang berkelanjutan dari pemerintah,” katanya.

Menurutnya, perhatian Pemkot Bogor dalam menyelesaikan persoalan stunting masih jauh dari harapan. Jangankan treatmen berkelanjutan, sambung dia, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dibutuhkan setiap bulan saja tidak rutin ada dari pemerintah.

“Warga perlu tahu bahwa posyandu hari ini, PMT yang diberikan untuk anak-anak itu hasil udunan (patungan, red) para kader hingga donatur yang ada di wilayah,” ujarnya.

Persoalan stunting ini, sambung dia, sangat tergantung pada political will atau kemauan politik dari pemerintah atau para pengambil kebijakan. Dalam hal ini Pemkot Bogor.

“Ini kembali kepada political will dari kepala daerah, dia concern atau tidak terhadap persoalan mendasar ini. Padahal dewan selalu teriak, saya selau teriak di aspirasi hingga reses. Selama itu belum tereralisasi, tentu kami akan terus teriak,” tegas wakil ketua DPC Gerindra Kota Bogor itu.

Jenal juga menyoroti kinerja Dinas Kesehatan (Dinkes) dalam menyelesaikan persoalan stunting, meskipun masih dalam situasi pandemi Covid-19. Menurutnya, bagaimana mungkin bisa dalam satu RW saja ada 13 orang terkena stunting.

“Dinkes perlu peka, satu RW saja sudah ada 13 orang. Ini saya belum temukan di tempat lain. Ironi lah, masih di tengah kota, dekat dengan pusat pemerintahan, tapi kalau pemerintahnya nggak fokus dan aware, ya nggak ada pengaruh,” tegasnya.

“Jadi meskipun di tengah kota, saya rasa kasus akan terus ada kalau belum ada perubahan. Ini juga soal political will dan diingatkan terus oleh dewan. Tapi jangan juga jadi ‘aspirasi legend’. Disampaikan terus menerus tapi nggak terealisasi,” tuntas Jenal.

Share

Recent Posts

Tirta Pakuan Gulirkan “Merdeka Promo”, Pemasangan Sambungan Baru Gratis untuk Instansi Pemerintah

BOGOR – Menyambut bulan kemerdekaan, Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor kembali meluncurkan program pemasangan sambungan…

4 jam ago

Serbukatif Dapat Dukungan Nasional, Jadi Model Pendidikan Karakter dari Bogor

BOGOR - Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bogor sekaligus penggagas…

22 jam ago

Warga Dukung Rehabilitasi GOR Pajajaran, Investasi Prestasi & Kesehatan

BOGOR - Rehabilitasi stadion Pajajaran yang dilaksanakan oleh Dinas Pemuda Dan Olahraga mendapat dukungan dari…

1 hari ago

Indocement Siap Perkuat Pemanfaatan RDF TPPAS Nambo

BOGOR – Rencana percepatan operasional Tempat Pengelolaan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut-Nambo, Kabupaten Bogor,…

1 hari ago

Pemkot Bogor Serahkan Hibah Lahan untuk Polsek Bogor Tengah dan Tanah Sareal

BOGOR - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersama dengan Polresta Bogor Kota melakukan serah terima hibah…

1 hari ago

Akses Sementara Roda Dua di Jalan Saleh Danasasmita Rampung, Pemkot Tunggu Izin BTP

BOGOR - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) sudah…

1 hari ago

This website uses cookies.